Thursday, September 14, 2006

kepada kau

1.
Dear 'Ka,
ini dulu aku tulis buat kakak kesayanganku
sayangnya kala itu dia sudah tak dapat lagi
me-replaynya untukku

jadi kukirim saja buatmu :D
: ) seneng deh punya teman lagi
(he he, kayak ga pernah punya teman ya!)



Mari Bicara Tentang Rasa

Kepada Pra

mari bicara tentang rasa
Pada apapun, siapapun dan bagaimanapun
untuk menyadari rasa dibutuhkan
mata hati kita
Mari bicara tentang rasaku
yang mengalir selalu dari bilik rasa
milikku
Mari bicara tentang rasa, Pra
aku tidak ingin menyimpannya
Aku tidak ingin membiarkan
hatiku lelah menahannya
Mari bicara tentang rasa, Pra
Rasaku
yang kumiliki dalam warna yang berbeda
kuberikan warna putih, hijau dan biru
mungkin coklat atau kelabu
Mari bicara tentang rasa yang
berwarna
Ada warna rasa yang sama
kubagi untuk orang yang berbeda
Aku bagi warna putih
Aku bagi warna merah
Aku bagi warna kuning
mungkin juga kubagi warna jingga
Mari bicara tentang rasa
Apakah menurutmu aku mengumbar rasa?
hanya karena aku sayang
pada orang-orang lain yang berbeda?
apakah yang membuat aku yakin rasaku
pada orang-orang itu tidak akan
berubah warna?
Bertanyalah, Pra.
biarkan aku menjawabnya
Mari bicara tentang rasa
tentang rasa yang mengurungku
sekian lama
Mari bicara tentang rasa
Tentang rasaku pada dunia!
Salam
26 Mei 1999

2.
dear The Untouchable,
(eh, kenapa tdk diartikan “yang Tak tersentuh”?
kedengaran lebih ritmis, tuh!
;) Cuma usul, kok).

aku tahu ngobrol di dunia maya gitu sah-sah saja
boong, ga serius nd so on
tapi percakapan tentang kebebasan kemarin terus terang
aja terus menghinggapiku
karena “kebebasan” termasuk salah satu
‘thesis’(ku) tentang
hidup(ku)
kalo kau tau, aku memuja kebebasan
tapi tak lantas membuat
aku jadi hedonis,
aku tahu dan sadar bahwa kebebasan
(ku) selalu berbatasan dengan kebebasan orang lain,
aku setuju kalo Frankl
bilang satu-satunya kebebasan
yang tak ada sesuatupun yang bisa
menghalanginya
adalah
kebebasan menentukan pilihan!
Pilihan buruk sekalipun!

Allah saja membebaskan hamba-Nya memilih
Allah, Sang Pencipta Jagad Raya, bahkan memberikan kebebasan mutlak untuk memilih kepada manusia.

“Jika ingin beriman, maka berimanlah.
Jika ingin kafir, maka biarlah dia kafir!”

Tetapi ADA akibat dari pilihan itu:
Adalah ber-TANGGUNG JAWAB terhadap pilihan.

Menurutku seperti:
“pelaksanaan diri dengan mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.”

(sebuah lingkaran, pembatasan, kerangka, kontrol).

manusia dan hewan hakikatnya sama: Binatang
yang membedakan hanya Manusia adalah BINATANG BERAKAL!

Kalo ga ada aturan bagaimana seseorang bisa menjadi?

Akal menelurkan aturan, tanpa itu manusia sama dengan hewan!

Tanpa aturan tak ada kontrol.

dan Bagaimana hidup tanpa kontrol?

kalo bagimu agama bukan kerangka yang harus diikuti,
bukan batasan,
lantas apa?
Warisan,
Pilihan,
atao belenggu, kekangan?

Mungkin!

tapi seperti kataku
“aturan itu membelenggu kebebasANku ketika aku membiarkan dia MENGIKATKU.”

tapi ketika
“aku MENG-IKAT-KAN DIRI dalam aturan, aku merasa bebas.”

Jadi, mana batas kebebasan?

Sori, 'Ka.
aku terlalu banyak bicara.

Kadang-kadang menjadi orang kuat itu melelahkan!

Hope God Bless u,

Salam,


A. P. F.

      
    
     
   
   
   
     