Diri
Keakuanku,
adalah seribu tanya
yang terucap lewat bibir-bibir mungil
di antara taburan senyum
Keakuanku,
adalah jiwa-jiwa terkapar
aku, tahu, ada
dan akan datang
sekarang, besok atau
kapanpun.
21 juni 1993
Aku Bertanya
Sajak Fikri Aya
Kakiku bertanya di mana letak keadilan
telunjukku menjawab,
ada di sana
Pergi dan carilah
dia menuding langit
Tanganku bertanya apa itu cinta
telunjukku menunjuk hati,
bertanyalah pada-nya
mengapa ia masih sering
membuat perbedaan berganti-ganti
Mataku bertanya
apa yang diperbuat manusia
dengan akal dan
hatinya
Tapi bibirku hanya
menjawab tak tahu apa-apa
Lidahku bertanya mengapa
cita - rasa kami berbeda
kepalaku menggeleng lupa
Rasaku bertanya,
mengapa aku hanya boleh singgah
di tempat yang jauh dari
wangi parfum kota
Hidungku menjawab karena.
Hatiku bertanya mengapa tempatku
jauh dari wangi sorga
Aku menjawab,
karena
aku juga hanya
mencium bau amis dan anyir darah
atau dentum senjata yang hanya
membuat semuanya bertambah
parah!
8 juli 1995
Kesunyian
Sajak Aya Fikri
aku dijemput kereta
dengan masinis seekor kuda
dan penumpang yang langka
tidak ada yang kukenal
tapi aku merasa, ada
ketika
semua sibuk bercengkerama
aku dijemput kereta
dengan masinis se-ekor kera
sementara penumpangnya
hanya seorang naga
aku maju mencoba
oh, dia tak
acuh saja!
6 juli 1995
SELA
Seekor burung dengan sayap berkibar
menukik di depanku
aku tersenyum
melihat kakinya yang patah
8 july 1995
Hari Semakin Menua
Sajak Aya Fikri
Sebuah gigi rontok
hari semakin menua
Sebuah dinding roboh
hari semakin menua
Gigi hari runtuh
hari semakin menua
juli 1995
(Catatan: puisi-puisi ini pernah dimuat di cybersastra.net pada 2002)
No comments:
Post a Comment