Saturday, July 14, 2007

Catatan Harian cecAk, cerpen


Aku meletakkan tubuh penatku di kursi goyang yang biasa dihuni nenek. Kali ini mungkin rejekiku karena tak kutemukan nenek disana. Rumah sedang sepi, Ibu dan Ayah pasti belum pulang siang-siang begini. Dinda apalagi, dia selalu pulang paling belakang diantara gadis-gadis ibu yang cuma dua. Mas Dipa biasa datang menjelang berita malam di televisi, Mbak Sari mungkin sudah tidur karena capai menolong kami seharian.

Aku menarik lepas lipatan kertas yang tersembul keluar dari majalah milik Dinda. Aku tersenyum, rasanya sih sebuah cerpen. Aku menatap kertas ditanganku separuh tak percaya, benar nih ada namaku disitu?

Satu: ultahku
Dear Cecak, tanggal 23 besok aku ultah. Pengennya sih dapat
tapi kadang-kadang aku berpikir untuk apa tepi dicapai jika tak mencapai tepipun tak ada orang lain yang merugi.

Aku tahu ini terdengar sangat putus asa. Sebenarnya aku hanya cape, hanya penat. Apakah penat berarti putus asa, Cak? Thanks. Cahaya

Dua : Menunggu ditimbang
Dear Cecak. Kamu tahu lagu Iwan Fals yang berjudul Menunggu Ditimbang Malah Muntah? Ada sairnya yang aku suka. Ini dia: Pelang-pelan sayang/ Kalau mulai bosan/ Jangan marah-marah/ Nanti cepat mati/ santai sajalah

Cak, apakah aku gila jika aku menunggu sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa itu? Sebuah harapan yang aku sendiri tak tahu apa namanya? Seseorang yang aku sendiri tak pernah tahu bagaimana dia ada? Thanks. Aya.

berkejaran. Mereka bersuara dengan riang. Ck…ck…ck….
(kepada ce cAk).

No comments: